MARI MEMBUKA JENDELA DUNIA DENGAN MEMBACA

Selasa, 06 November 2012

10 Tips Agar Menjadi Pintar



Belajar mendadak menjelang ujian memang tidak efektif. Paling nggak sebulan sebelum ulangan adalah masa ideal buat mengulang pelajaran. Materi yang banyak bukan masalah. Ada sepuluh cara pintar supaya waktu belajar kita menjadi efektif.

1. Belajar itu memahami bukan sekedar menghapal
Ya, fungsi utama kenapa kita harus belajar adalah memahami hal-hal baru. Kita boleh hapal 100% semua detail pelajaran, tapi yang lebih penting adalah apakah kita sudah mengerti betul dengan semua materi yang dihapal itu. Jadi sebelum menghapal, selalu usahakan untuk memahami dulu garis besar materi pelajaran.

2. Membaca adalah kunci belajar
Supaya kita bisa paham, minimal bacalah materi baru dua kali dalam sehari, yakni sebelum dan sesudah materi itu diterangkan oleh guru. Karena otak sudah mengolah materi tersebut sebanyak tiga kali jadi bisa dijamin bakal tersimpan cukup lama di otak kita.

3. Mencatat pokok-pokok pelajaran
Tinggalkan catatan pelajaran yang panjang. Ambil intisari atau kesimpulan dari setiap pelajaran yang sudah dibaca ulang. Kata-kata kunci inilah yang nanti berguna waktu kita mengulang pelajaran selama ujian.

4. Hapalkan kata-kata kunci
Kadang, mau tidak mau kita harus menghapal materi pelajaran yang lumayan banyak. Sebenarnya ini bisa disiasati. Buatlah kata-kata kunci dari setiap hapalan, supaya mudah diingat pada saat otak kita memanggilnya. Misal, kata kunci untuk nama-nama warna pelangi adalah MEJIKUHIBINIU, artinya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.

5. Pilih waktu belajar yang tepat
Waktu belajar yang paling enak adalah pada saaat badan kita masih segar. Memang tidak semua orang punya waktu belajar enak yang sama lo. Tapi biasanya, pagi hari adalah waktu yang tepat untuk berkonsentrasi penuh. Gunakan saat ini untuk mengolah materi-materi baru. Sisa-sisa energi bisa digunakan untuk mengulang pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah.

6. Bangun suasana belajar yang nyaman
Banyak hal yang bisa buat suasana belajar menjadi nyaman. Kita bisa pilih lagu yang sesuai dengan mood kita. Tempat belajar juga bisa kita sesuaikan. Kalau sedang bosan di kamar bisa di teras atau di perpustakaan. Kuncinya jangan sampai aktivitas belajar kita mengganggu dan terganggu oleh pihak lain.

7. Bentuk Kelompok Belajar
Kalau lagi bosan belajar sendiri, bisa belajar bareng dengan teman. Tidak usah banyak-banyak karena tidak bakal efektif, maksimal lima orang. Buat pembagian materi untuk dipelajari masing-masing orang. Kemudian setiap orang secara bergilir menerangkan materi yang dikuasainya itu ke seluruh anggota lainnya. Suasana belajar seperti ini biasanya seru dan kita dijamin bakalan susah untuk mengantuk.

8. Latih sendiri kemampuan kita
Sebenarnya kita bisa melatih sendiri kemampuan otak kita. Pada setiap akhir bab pelajaran, biasanya selalu diberikan soal-soal latihan. Tanpa perlu menunggu instruksi dari guru, coba jawab semua pertanyaan tersebut dan periksa sejauh mana kemampuan kita. Kalau materi jawaban tidak ada di buku, cobalah tanya ke guru.

9. Kembangkan materi yang sudah dipelajari
Kalau kita sudah mengulang materi dan menjawab semua soal latihan, jangan langsung tutup buku. Cobalah kita berpikir kritis ala ilmuwan. Buatlah beberapa pertanyaan yang belum disertakan dalam soal latihan. Minta tolong guru untuk menjawabnya. Kalau belum puas, cari jawabannya pada buku referensi lain atau internet. Cara ini mengajak kita untuk selalu berpikir ke depan dan kritis.

10. Sediakan waktu untuk istirahat
Belajar boleh kencang, tapi jangan lupa untuk istirahat. Kalau di kelas, setiap jeda pelajaran gunakan untuk melemaskan badan dan pikiran. Setiap 30-45 menit waktu belajar kita di rumah selalu selingi dengan istirahat. Kalau pikiran sudah suntuk, percuma saja memaksakan diri. Setelah istirahat, badan menjadi segar dan otak pun siap menerima materi baru.

Satu lagi, tujuan dari ulangan dan ujian adalah mengukur sejauh mana kemampuan kita untuk memahami materi pelajaran di sekolah. Selain menjawab soal-soal latihan, ada cara lain untuk mengetes apakah kita sudah paham suatu materi atau belum. Coba kita jelaskan dengan kata-kata sendiri setiap materi yang sudah dipelajari. Kalau kita bisa menerangkan dengan jelas dan teratur, tak perlu detail, berarti kita sudah paham.
sumber(FBO)

Perintah Membaca Al-Qur an

Perintah Membaca Alqur’an

“Sesungguhnya orang – orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugrahkan kepada mereka dengan diam – diam dan terang – terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka (Karunia-Nya).”Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri” (QS.Az-Zumar [35]:29-30)
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa lagi berulang – ulang, gemetar karenanya orang – orang yang takut kepada Rabb-nya, kemudian menjadi tenang hati dan kulit mereka diwaktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah , dengan KItab itu Dia menunjuki siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan baranag siapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (Q.S.Az-Zmuar [39]:23)
“Karena itu, bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an” (Q.S.Al-Muzzammil [73]:20)
Sahabat MQ yang selalu luar biasa, berdasarkan ayat tersebut di atas jelas bahwa membaca Al-Qur’an merupakan suatu perintah dari Allah yang harus kita laksanakan, sebab dengan membaca Al-Qur’an hati akan menjadi tenang dan damai yang akan menjadikan hidup kita selalu bergairah untuk meraih manfaat dunia dan akhirat ^ ^.Mari bertilawah dan mengistiqamahkannya.Amin ^ ^

Minggu, 04 November 2012

Grup Rebana Nusa Indah SDN 10


Puteri Malam

Puteri Malam Cerita Rakyat Bangka

Penggemar cerita rakyat mungkin akan mendapat kesulitan untuk menemukan cerita rakyat Pulau Bangka. Berbeda dengan cerita rakyat daerah lainnya seperti: Sunda, Jawa, Batak, Aceh, Sulawesi, yang sudah banyak diterbitkan. Baik dalam suatu kumpulan bersama antara cerita rakyat dari berbagai daerah maupun sendiri-sendiri.
Namun demikian penggemar cerita rakyat Pulau Bangka yang dikenal sebagai penghasil timah itu tidak perlu kecewa karena masih dapat ditolong oleh Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 1983 Proyek ini pernah menerbitkan buku Puteri Ladang dan Puteri Malam yang ditulis oleh Amiruddin D (Dja’far) berisi cerita rakyat Bangka . Dalam kata pengantar pengarang kita pun akhirnya mengetahui bahwa buku ini merupakan lanjutan penerbitan sebelumnya yakni Cerita-Cerita Purba dari P. Bangka yang ditulis oleh pengarang yang sama. Mungkin karena penerbitan dengan oplah terbatas kedua buku ini pun sukar ditemukan di tengah masyarakat.
Selanjutnya dalam tulisan ini kita mencoba melihat nilai budaya daerah dalam cerita rakyat Puteri Malam.
Puteri Malam mengisahkan Pak Raje seorang kepala desa yang memiliki sawah dan bertindak sewenang-wenang. Sawah yang ditanami padi yang sedang berbuah itu dimasuki beberapa ekor babi. Pak Raje meminta kepada Sang Penyumpit menjaganya dengan dalih orang tua Sang Penyumpit yang sudah almarhum pernah berutang kepadanya. Demi membayar utang orang tua Sang Penyumpit rela bekerja pada Pak Raje. Ketika menjalankan tugasnya Sang Penyumpit mendapat rezeki yang tak diduga sehingga kaya raya. Melihat ini Pak Raje juga ingin mengikuti jejak Sang Penyumpit namun nasibnya sial, Pak Raje mati. Untunglah kemudian Sang Penyumpit mau membantu sehingga Pak Raje pulih kembali. Di akhir cerita Pak Raje insaf akan perbuatannya. Lalu menikahkan anaknya yang bungsu dengan Sang Penyumpit. Jabatan kepala desa pun diserahkannya kepada menantunya yang baik hati itu.
Tema cerita ini memperlihatkan bahwa orang yang jahat akan mendapat hukuman yang setimpal dan orang yang baik akan mendapat keberuntungan. Sedang pesan atau amanat cerita adalah sebaiknya jangan berbuat jahat dan sewenang-wenang kepada orang lain.
Perlakuan jahat yang dilakukan Pak Raje pada mulanya ketika sawahnya dimasuki babi. Dia memaksa Sang Penyumpit untuk mau menjaga. Agar Sang Penyumpit tak dapat menolak Pak Raje mengatakan bahwa pekerjaan ini sebagai ganti membayar utang ayahnya yang sudah almarhum. Sang Penyumpit tak dapat menolak demi untuk melunasi hutang ayahnya dan inilah tanda ia berbakti kepada orang tua. Sang Penyumpit bekerja keras siang malam demi membela nama baik orang tuanya.
Tutur Amiruddin Ja’far dalam cerita Puteri Malam:
Sampai diladang ia pun membakar kemenyan minta restu dewa-dewanya, tak lupa ia memuja mentemau (dewa babi) agar suka menolongnya supaya babi-babi jangan dilepaskan memakan ladang Pak Raje. Jika malam telah menyungkupi alam ini, sunyi senyaplah perladangan itu, merondalah Sang Penyumpit kesegenap pojok ladang. Tiga malam belum kejadian apa-apa, demikianlah hingga tujuh malam berlalu. Siang hari ia harus bekerja di ladang menuai padi dan malam hari harus pula jaga hingga tubuhnya merasa lemas dan pucat. Kadang-kadang ingin ia beristirahat tapi mengingat ancaman Pak Raje terpaksa ia terus berjaga-jaga.
Kerja keras Sang Penyumpit diberi imbalan yang baik. Dalam cerita dikisahkan ketika babi memasuki sawah ia sempat menombak dan mengenai seekor babi. Ingin tahu Sang Penyumpit menelusuri ke mana babi itu lari lewat darah yang bercucuran. Tiba di sebuah desa dalam rimba itu ia akhirnya mengetahui yang terkena seorang puteri. Ibu puteri itu minta kepada Sang Penyumpit menyembuhkan sakit puteri. Sang Penyumpit menolong puteri yang sakit. Nilai budaya menolong di sini digambarkan pengarang dalam cerita sebagai berikut:
Didekatinya gadis yang sedang sakit itu, dibukanya selimut yang menutupi kakinya. Sang Penyumpit meneliti tampak olehnya suatu benda hitam mencuat, sedikit ditelitinya betul-betul nyatalah bahwa itu mata tombak. ”Bik, kuminta agar disediakan buluh seruas panjang sehasta, daun keremunting yang sudah ditumbuk banyaknya secupak”, kata Sang Penyumpit kepada ibu gadis itu……..
……………dicabutnya mata tombak yang terhunus , ….luka bekas cabutan ditutupinya dengan daun keremunting untuk penahan darah yang keluar.
Besok tentu ia sudah bisa berjalan-jalan kembali….
Di sini kita juga diberi informasi bagaimana mengobati orang luka dengan dedaunan obat yang tersedia di daerah itu.
Nilai budaya tolong-menolong dapat ditemukan juga dalam cerita rakyat ini, ketika Sang Penyumpit akan pergi meninggalkan desa puteri itu. Sang Penyumpit yang telah menolong menyembuhkan puteri yang sakit diberi hadiah. Hal itu digambarkan pengarang sebagai berikut:
……tetapi sebelum anak pulang paman mau menyiapkan oleh-oleh guna kau bawa ke duniamu.
Inilah oleh-oleh dari dunia kami, ini bungkusan kunyit, ini bungkusan buah nyatoh, ini daun simpur, ini buah jering. Tapi kempat bungkusan ini jangan anakku buka sebelum sampai ke rumah. Supaya anak tidak mendapat kesulitan di jalan bakarlah dulu kemenyan ini.
Dalam cerita selanjutnya digambarkan ketika oleh-oleh itu dibuka dirumah Sang Penyumpit ternyata isinya bukan kunyit dan jering tetapi perhiasan emas, pemata intan berlian. Sejak itu tersiar kabar bahwa Sang Penyumpit telah menjadi kaya raya. Hutang ayahnya kepada Pak Raje pun segera dilunasi.
Mendengar pengalaman Sang Penyumpit yang akhirnya menjadi kaya raya, Pak Raje pun ingin meniru. Tapi sial ketika Pak Raje mengikuti jejak Sang Penyumpit dalam cerita dikisahkan mati. Setelah mengobati anak gadis yang kena tombak itu Pak Raje tertidur. Ketika bangun ia diserang berpuluh-puluh ekor babi yang besar-besar. Tubuhnya disobek-sobek. Berita ini tersiar di desa Pak Raje. Puteri tua Pak Raje menyampaikan nasib ayahnya kepada Sang Penyumpit. Mendengar kabar ini Sang Penyumpit ingin segera menolong lebih-lebih ia sudah mengenal desa itu. Sifat menolong dan jujur yang dimiliki oleh Sang Penyumpit merupakan nilai budaya daerah yang khas dalam cerita rakyat Puteri Malam. Hal ini tercermin dalam baris-baris yang disusun pengarang Amiruddin Ja’far sebagai berikut:
Dewa Matemau mengetahui bahwa anakku seorang yang jujur. Karena kejujuranmu itu, anakku dianiaya ataupun ditipu oleh sebangsamu di duniamu sendiri. Sebat itulah Matemau pada mulanya melarang adik-adikmu ke tempat buah-buahan yang enak di ladang Pak Raje, kemudian Matemau memerintahkan supaya adik-adikmu datang lagi ke ladang. Kami bertanya mengapa Matemau memerintahkan demikian? Katanya cucuku Sang Penyumpit harus ditolong karena dia sendiri ditipu oleh Pak Raje. Bagaimana caranya Sang Penyumpit menolong Pak Raje sehingga tubuhnya tak tersobek-sobek lagi dan hidup kembali? Dikisahkan Sang Penyumpit menggunakan 7 helai daun. Lalu dia membakar kemenyan lalu menyebut, ada tangan, ada kaki. Semua anggota tubuh Pak Raje disebut. Terakhir diucapkan Pak Raje.
Digambarkan dalam asap mengepul Sang Penyumpit membacakan manteranya lalu tampak Pak Raje berusaha duduk. Dia tampak menggosok-gosokkan matanya.
Pak Raje yang telah insaf dan mengaku bersalah digambarkan pengarang dengan kalimat sebagai berikut:
” Marilah kita pulang Sang Penyumpit segala kesalahankku kepadamu dan kepada rakyat segera kuminta maaf. Sesudah itu engkau kukawinkan dengan si Bungsu lalu aku akana mengundurkan diri, engkaulah akan menggantiku. Marilah kita pulang agar kabar gembira ini segera kita laksanakan”.
Sesuai dengan janji Pak Raje pada saat yang telah ditentukan puteri Bungsunya dinikahkannya dengan Sang Penyumpit. Jabatan sebagai kepala desa pun diserahkan kepada menantunya yang baik hati itu. Selanjutnya kedua insan yang baru menjadi suami isteri ini hidup berbahagia.***

Si Penyumpit

Cerita Rakyat Bangka - Si Penyumpit

Kepulauan Bangka-Belitung (Babel) adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera, Indonesia. Disebut kepulauan, karena wilayah provinsi ini terdiri dari beberapa pulau. Salah satu di antaranya adalah Pulau Bangka, yang terletak di sebelah timur Pulau Sumatera. Secara topografis, wilayah Pulau Bangka terdiri dari rawa-rawa, daratan rendah, dan perbukitan. Di daerah perbukitan terdapat hutan lebat, sedangkan pada daerah rawa terdapat hutan bakau.

Menurut sebuah cerita yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Pulau Bangka, pada zaman dahulu di daerah perbukitan yang dihampari hutan lebat itu, pernah hidup seorang pemuda yatim-piatu yang miskin. Sehari-harinya, ia bekerja sebagai pemburu babi hutan. Suatu ketika, pemuda itu mendapat hadiah berupa perhiasan emas, intan permata dan berlian dari seseorang sehingga ia menjadi kaya-raya. Apa sebenarnya yang telah dilakukan pemuda itu, sehingga ia mendapat hadiah yang sangat berharga itu? Ingin tahun jawabannya? Ikuti kisahnya dalam cerita Si Penyumpit berikut ini!

* * *

Alkisah, pada zaman dahulu kala, di sebuah daerah di Pulau Bangka, hiduplah seorang pemuda yang sangat mahir menyumpit binatang buruan. Sumpitannya selalu mengenai sasaran. Oleh karenanya, masyarakat memanggilnya si Penyumpit. Selain mahir menyumpit, ia juga pandai mengobati berbagai macam penyakit. Bakat menyumpit dan mengobati tersebut ia peroleh dari ayahnya.

Pada suatu hari, Pak Raje, Kepala Desa di kampung itu, meminta si Penyumpit untuk mengusir kawanan babi hutan yang telah merusak tanaman padinya yang sedang berbuah, dengan dalih bahwa orang tua si Penyumpit sewaktu masih hidup pernah berhutang kepadanya. Demi membayar hutang orang tuanya, si Penyumpit rela bekerja pada Pak Raje.

Keesokan harinya, berangkatlah si Penyumpit ke ladang Pak Raje untuk melaksanakan tugas. Sesampainya di ladang, ia membakar kemenyan untuk memohon kepada dewa-dewa dan mentemau (dewa babi), agar kawanan babi tersebut tidak merusak tanaman padi Pak Raje. Si Penyumpit kemudian melakukan ronda dengan memantau seluruh sudut ladang hingga larut malam. Sudah tiga malam si Penyumpit meronda, namun belum terlihat tanda-tanda yang mencurigakan. Meskipun situasi aman, si Penyumpit terus berjaga-jaga.

Ketika memasuki malam ketujuh, dari kejauhan tampak oleh si Penyumpit tujuh kawanan babi hutan sedang beriring-iringan hendak memasuki ladang. Satu per satu babi hutan itu melompati pagar batu yang telah dibuat Pak Raje. Mengetahui hal itu, si Penyumpit segera bersembunyi di balik sebuah pohon besar dengan sumpit di tangan yang siap untuk digunakan. Ketika kawanan babi tersebut mulai mengobrak-abrik tanaman padi yang tak jauh dari pohon tempat ia bersembunyi, dengan hati-hati pemuda itu mengangkat sumpitnya, lalu disumpitkannya ke arah babi yang paling dekat dengannya. Sumpitannya tepat mengenahi sisi sebelah kiri perut babi itu. Sesaat kemudian, kawanan babi itu tiba-tiba menghilang bersama dengan anak sumpitnya. Melihat peristiwa aneh itu, si Penyumpit menjadi penasaran.

Keesokan harinya, si Penyumpit menyusuri ceceran darah hingga ke tengah hutan. Sesampainya di tengah hutan, ia menemukan sebuah gua yang di sekelilingnya ditumbuhi semak-belukar. Dengan hati-hati, pemuda itu memasuki gua tersebut. Sesampainya di dalam, ia sangat terkejut, karena melihat seorang putri yang tergeletak di atas pembaringan yang dikelilingi oleh wanita-wanita cantik. Salah seorang dari wanita tersebut adalah ibu sang Putri.

“Hai, anak muda! Engkau siapa?” tanya ibu sang putri.

“Saya si Penyumpit,” jawab si pemuda dengan ramah.

“Ada perlu apa Engkau ke sini?” tanya ibu sang putri dengan nada menyelidik.

“Saya sedang mencari anak sumpit saya yang hilang bersama dengan seekor babi hutan,” jawabnya.

“Benda yang engkau cari itu ada pada putriku,” kata ibu sang putri.

“Bagaimana bisa anak sumpit saya ada pada putri Bibi?” tanya si Penyumpit heran.

“Ketahuilah, anak muda! Babi yang engkau sumpit itu adalah penjelmaan putriku,‘ jelas ibu sang putri.

Si Penyumpit sangat kaget mendengar penjelasan ibu sang putri.

“Jadi…, kalian adalah babi jadi-jadian?” tanya si Penyumpit dengan heran.

“Benar, anak muda,” jawab ibu sang putri.

“Kalau begitu, saya minta maaf, karena tidak mengetahui hal itu,” kata si Penyumpit dengan rasa menyesal.

“Sudahlah, anak muda. Lupakan saja semua kejadian itu. Yang penting sekarang adalah bagaimana melepaskan benda ini dari perut putriku,” kata ibu sang putri.

“Baiklah. Saya akan melepaskan anak sumpit itu dan mengobati luka putri bibi. Tolong saya dicarikan beberapa helai daun keremunting[1] dan tumbuklah hingga halus,” pinta si Penyumpit.

Untuk memenuhi permintaan itu, ibu sang putri segera memerintahkan beberapa dayangnya untuk mencari daun keremunting yang banyak terdapat di sekitar mereka. Tak berapa lama, dayang-dayang tersebut sudah kembali dengan membawa daun yang dimaksud. Setelah yang diperlukan disiapkan, si Penyumpit mendekati gadis cantik yang sedang terbaring lemas itu, lalu membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Tampaklah sebuah benda runcing yang menancap di perut sang putri, yang tidak lain adalah mata sumpit miliknya. Sambil mulutnya komat-kamit membaca mantra, si Penyumpit mencabut mata sumpit itu dengan pelan-pelan. Setelah mata sumpit terlepas, bekas luka tersebut kemudian ditutupinya dengan daun keremunting yang sudah dihaluskan untuk menahan cucuran darah yang keluar.

Beberapa saat kemudian, luka sang putri sembuh dan tidak meninggalkan bekas luka sedikit pun.

“Sekarang putri Bibi sudah sembuh. Izinkanlah saya mohon diri,” pamit pemuda itu dengan sopan.

“Baiklah, anak muda! Ini ada oleh-oleh sebagai ucapan terima kasih kami, karena engkau telah menyembuhkan putriku. Bungkusan ini berisi kunyit, buah nyatoh,[2] daun simpur,[3] dan buah jering.[4] Tapi, bungkusan ini jangan dibuka sebelum engkau sampai di rumah,” pesan ibu sang putri.

“Baik, Bi!” jawab pemuda itu, lalu pergi meninggalkan gua.

Setibanya di rumah, si Penyumpit segera membuka bungkusan tersebut. Alangkah terkejutnya ia, karena isi bungkusan itu tidak seperti yang disebutkan ibu sang putri. Bungkusan itu ternyata berisi perhiasan berupa emas, berlian, dan intan permata.

“Waw…, berharga sekali benda ini!” tanya si Penyumpit dengan rasa kagum.

“Dengan benda ini, aku akan menjadi kaya-raya,” gumamnya dengan perasaan gembira.

Keesokan harinya, si Penyumpit pergi menjual seluruh benda berharga itu kepada seorang saudagar kaya di kampung itu. Hasil penjualannya ia gunakan untuk membeli ladang yang luas, rumah mewah, dan melunasi seluruh hutang ayahnya kepada Pak Raje.

Sejak itu, tersiarlah kabar bahwa si Penyumpit telah menjadi kaya-raya. Berita itu juga didengar oleh Pak Raje. Ia pun berniat untuk mengikuti jejak si Penyumpit. Suatu hari, Pak Raje meminjam sumpit pemuda itu dan kemudian pergi berburu babi hutan di ladang miliknya. Dalam perburuannya, ia berhasil menyumpit seekor babi. Setelah itu ia mengikuti jejak dan menemukan babi hutan itu, yang ternyata penjelmaan sang putri. Pak Raje berusaha menyembuhkan luka yang diderita oleh sang Putri, namun tidak berhasil karena ia tidak memiliki keahlian mengobati penyakit. Akhirnya, ia diserang berpuluh-puluh babi hutan. Dengan tubuh yang penuh luka-luka, ia berjalan sempoyongan pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Pak Raje langsung tergeletak tidak sadarkan diri, karena tidak tahan lagi menahan rasa sakit.

Putri sulung Pak Raje segera menyampaikan nasib malang yang menimpa ayahnya itu kepada si Penyumpit. Mendengar kabar itu, si Penyumpit segera ke rumah Pak Raje untuk menolongnya. Si Penyumpit kemudian mengobati Pak Raje dengan 7 helai daun. Setelah itu ia membakar kemenyan, lalu menyebut satu per satu anggota tubuh Pak Raje, seperti tangan, kaki, kepala, dan lain-lain. Terakhir, ia menyebut nama Pak Raje. Ketika asap kemenyan itu mengepul, di Penyumpit kemudian membaca mantera. Tak lama kemudian, tampak jari tangan Pak Raje bergerak-gerak. Dengan pelan-pelan ia mengusap-usap matanya hingga tiga kali. Akhirnya, Pak Raje sadarkan diri dan sembuh dari penyakitnya.

Setelah itu Pak Raje insaf (sadar) dan mengakui semua kesalahannya kepada si Penyumpit.

“Terima kasih, Penyumpit! Kamu telah menyembuhkan penyakitku. Aku minta maaf karena telah memaksamu menjaga ladangku. Untuk menebus kesalahanku ini, aku akan menikahkanmu dengan putri bungsuku. Setelah itu, aku akan mengangkatmu menjadi Kepala Desa untuk menggantikanku. Bersediakah kamu menerima tawaranku ini, wahai Penyumpit?” tanya Pak Raje.

“Terima kasih, Pak Raje! Dengan senang hati, saya bersedia,” jawab si Penyumpit.

“Baiklah kalau begitu. Berita gembira ini akan segera aku sampaikan kepada seluruh warga kampung ini,” kata Pak Raje.

Satu minggu kemudian, pernikahan si Penyumpit dengan putri bungsu Pak Raje dilangsungkan dengan meriah. Berbagai macam seni pertunjukan ditampilkan dalam acara tersebut. Pak Raje bersama keluarganya beserta seluruh warga desa turut bergembira atas pernikahan itu. Di akhir acara, Pak Raje menyerahkan jabatannya sebagai Kepala Desa kepada menantunya yang baik hati itu. Sepasang insan yang baru menjadi suami-istri itu hidup berbahagia. Warganya pun hidup tentram dan damai di bawah perintah Kepala Desa yang baru, si Penyumpit.

* * *

Demikian cerita rakyat Si Penyumpit dari Pulau Bangka, Kepulauan Bangka-Belitung. Cerita di atas mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Sedikitnya ada dua pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu sifat suka menolong dan pandai membalas budi.

Pertama, sifat suka menolong. Sifat ini tercermin pada perilaku si Penyumpit yang telah menyembuhkan penyakit sang Putri dan Pak Raje. Sifat ini termasuk sifat yang terpuji dan sangat diutamakan dalam kehidupan orang Melayu, sebagaimana dikatakan dalam untaian syair berikut ini:

wahai ananda dengarlah manat,
tulus dan ikhlas jadikan azimat
berkorban menolong sesama umat
semoga hidupmu beroleh rahmat

Kedua, sifat pandai berbalas budi. Sifat ini tercermin pada sikap ibu sang Putri yang telah memberikan hadiah kepada si Penyumpit berupa perhiasan emas, intan dan berlian, karena telah menyembuhkan penyakit putrinya. Demikian pula, Pak Raje yang telah menikahkan putri bungsunya dengan si Penyumpit, karena telah menyembuhkan penyakitnya. Sifat ini termasuk sifat yang terpuji dan sangat diutamakan dalam kehidupan orang Melayu, sebagaimana dikatakan dalam ungkapan berikut ini:

apa tanda melayu pilihan,
membalas budi ia utamakan


Source : http://melayuonline.com

Buku Referensi Ekor Pegas Pertama dalam Bahasa Indonesia

Buku Referensi Ekor Pegas Pertama dalam Bahasa Indonesia
Penulis : Yunanto Wiji Utomo

Steven Hopkin Collembola jenis Anurida maritima
CIBINONG, KOMPAS.com - Peneliti Pusat Peneliyian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Yayuk Suhardjono bekerjasama dengan penerbit Vegamedia menerbitkan buku referensi fauna ekor pegas pertama dalam bahasa Indonesia.

Ekor pegas yang juga disebut Coillembola adalah jenis serangga yang hidup di tanah, tersebar di beragam macam habitat. Jenis serangga ini berfungsi sebagai pengurai dalam ekosistem, membantu kelangsungan siklus nutrisi di alam.

Penerbitan buku ini berfungsi mengenalkan Collembola dan perannya dalam ekosistem. "Collembola ini serangga kecil sehingga kadang luput dari perhatian. Lewat buku ini, saya ingin lebih mengenalkan Collembola kepada masyarakat," kata Yayuk.

Yayuk mengungkapkan, buku tentang Collembola tersebut disusun bersama dua peneliti dari Natural History Museum di Paris, Loius Deharveng dan Anne Bedos. Buku disusun selama kurang lebih 5 tahun dan memuat infomrasi dari sekitar 300 spesies Collembola.

Buku diluncurkan bersama perayaan ulang tahun ke 118 Museum Zoologi Bogor yang berlangsung di Pusat Penelitian Biologi, Cibinong, Minggu (4/11/2012). Setelah peluncuran, buku akan diperkenalkan ke beberapa universitas di Indonesia.

Yayuk mengungkapkan, buku yang disusunnya dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang mempelajari serangga, termasuk membantu kegiatan identifikasi keanekaragaman Collembola. Ia menuturkan, Collembola adalah serangga penting sebab rentan terhadap perubahan sehingga bisa menjadi indikator kualitas lingkungan.

Rosichon Ubaidillah, Kepada Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi, mengatakan, buku juga bisa berfungsi memacu minat generasi muda untuk meneliti Collembola. Peneliti Collembola terus dibutuhkan namun masih sedikit generasi muda yang serius menekuninya.

"Ibu Yayuk akan pensiusn pada tahun 2015, setelah itu belum ada penerusnya. Melalui buku ini, kita harapkan ada anak muda yang berminat," papar Rosichon dalam konferensi pers perayaan ulang tahun Museum Zoologi Bogor, hari ini.

Library of Congress Perpustakaan Digital Terbesar - Dunia Kita "Ep. Hark...

Jumat, 02 November 2012

Profil Perpustakaan SDN 10 Sungailiat


GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SDN 10 SUNGAILIAT
A.    Visi dan Misi Perpustakaan SDN 10 Sungailiat
Visi:
Menjadikan Perpustakaan SDN 10 Sungailiat sebagai Sumber Referensi  dan wadah menumbuhkan minat gemar membaca dan kreatifitas siswa
Misi:
1.      Menyediakan koleksi bahan pustaka secara bertahap sesuai kebutuhan dan kemampuan sekolah untuk mendukung proses belajar mengajar.
2.      Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana perpustakaan.
3.      Membina siswa untuk meningkatkan gemar membaca melalui berbagai kegiatan perlombaan.
4.      Memberikan layanan terbaik kepada para pengguna perpustakaan baik layanan sirkulasi, referensi maupun minat baca.
B.     Tujuan Perpustakaan
1.      Menumbuhkan minat baca tulis guru dan siswa
2.      Memupuk bakat dan minat baca
3.      Memberikan pelayanan terbaik kepada pengguna
 C.     Struktur Organisasi Perpustakaan SDN 10 Sungailiat



Dalam melaksanakan tugasnya di Perpustakaan SDN 10 Sungailiat terdapat  3 bagian kerja. Adapun tugas dan fungsi dari masing-masing bagian adalah :
  1. Kepala Sekolah
a.       Sebagai penanggung jawab segala aktifitas perpustakaan
b.      Bertanggung jawab atas kelancaran administrasi perpustakaan
c.       Bertanggung jawab atas sirkulasi keuangan perpustakaan
d.      Mengatur  tugas harian dengan musyawarah
  1. Kepala Perpustakaan
a.       Bertanggungjawab atas manajemen perpustakaan
b.      Membuat laporan kegiatan perpustakaan
c.       Mengembangkan perpustakaan sesuai dengan visi dan misi
d.      Memberikan layanan optimal kepada siswa
  1. Bagian Pelayanan Teknis
-          Bagian Pengadaan
a.       Menyusun analisa kebutuhan bahan pustaka dan peralatan
b.      Melaporkan kepada kepala perpustakaan tentang hasil analisis
c.       Mengusulkan pengadaan bahan pustaka
d.      Mengadakan bahan pustaka
-          Bagian Pengolahan
a.       Inventarisasi bahan pustaka
b.      Pemberian stempel, label, pembuatan katalog, pemberian kartu buku
c.       Penataan buku di rak/ shelving
d.      Melakukan penyimpanan bahan pustaka
e.       Perbaikan bahan pustaka.
-          Bagian pelayanan Pengguna
a.       Melaksanakan management perpustakaan
b.      Mengadakan pendidikan pemakai
c.       Bagian layanan : Layanan sirkulasi, layanan buku referensi, layanan baca dan layanan     audio visual, internet
A.    Sumber Daya Manusia
Pustakawan sekolah adalah anggota staf berkualifikasi profesional yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan perpustakaan sekolah, sedapat mungkin dibantu staf yang cukup, bekerja sama dengan semua anggota komunitas sekolah, dan berhubungan dengan perpustakaan umum dan lainnya.
Pustakawan di perpustakaan SDN 10 Sungailiat mempunyai keahlian dibidangnya masing-masing antara lain:
NO.
NAMA
BAGIAN
LULUSAN
1.
Fitri, A.Md
Kepala Perpustakaan
D3 Ilmu Perpustakaan dan Informasi
2.
Henny Adriani
Pelayanan Teknis
SMK

3.
4.
5.

Haschvin N. S. Pd
Jaka C.P. S. Pd
Hendri S. S. Pd.I
Pelayanan Pengguna
- Sirkulasi
- Referensi
- Minat Baca

S1 Pendidikan
S1 Pendidikan
S1 Pendidikan



  1. Pengguna
Pengguna perpustakaan berarti siapapun, apakah anggota ataupun tidak, yang berkunjung ke Perpustakaan bagi tujuan menggunakan segala sumber daya dan fasilitas Perpustakaan SDN 10 Sungailiat.
  1. Gedung dan Tata Ruang
Dalam perencanaan ruang perpustakaan sekolah ditetapkan berdasarkan jumlah siswa dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Perpustakaan SDN 10 Sungailiat.
NO.
URAIAN
LUAS
1.
Luas Tanah
772 m²
2.
Luas Gedung/ Ruangan
91 m²
3.
Luas Ruang Area Baca
56 m²
4.
Luas Ruang Area Koleksi
35    ²

D.    Koleksi
Koleksi-koleksi yang berada di perpustakaan SDN 10 Sungailiat adalah buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan, ada sebagian koleksi yang non pendidikan. Untuk koleksi yang non pendidikan khusus untuk guru-guru dan staff Adapun koleksi-koleksi yang ada di perpustakaan SDN 10 Sungailiat sebagai Berikut:
NO.
URAIAN
JUMLAH
1.





2.
3.  
4.
5.
6.
7.  
8.
9.
Buku
a.Fiksi
b.      Non Fiksi
c.Referensi
d.     Buku Panduan Pendidik
e.Buku Paket Pelajaran
Majalah 6 Judul
Surat Kabar
Poster
Kliping
Peta
Lukisan
Kaset video
VCD/ DVD

789 Judul 1457 eks
673 Judul 1914 eks
105 Judul 481 eks
72  Judul 252 eks
15 Judul 8595 eks
288 eks
1 Judul
59 buah
410 buah
17 buah
1 buah
6 buah
24 buah